Raisya Adiva Naira

By | 27 January 2012

Menurut perkiraan dokter, istri saya yang sedang hamil akan melahirkan pada bulan Januari 2012 ini. Oleh karena itu, mulai 3 Januari, istri saya mengambil cuti hamil selama 3 bulan. Karena sudah bulannya, istri saya harus menjalani check up kehamilan setiap minggu (sebelumnya sebulan sekali). Tiap kali check up, kami selalu menanyakan posisi janin kepada dokter. Kami khawatir janin berada pada posisi sungsang. jika janin sungsang, maka istri saya harus menjalani operasi cesar. Operasi cesar merupakan hal yang paling kami hindari, karena katanya sembuhnya lama. Alhamdulillah, di minggu 37 posisi kepala sudah berada di jalan lahir. Dokter pun menyatakan bayi bisa lahir secara normal.

Sebelumnya, pada pertengahan Desember, dokter menyatakan bayi berada dalam posisi sungsang dan jika dalam waktu 2 minggu posisinya masih sungsang, terpaksa dilakukan operasi cesar. Oleh karena itu kami mencari jalan agar posisi bayi menjadi normal. Seminggu sekali saya menemani istri senam hamil dan urut. Tidak hanya itu, jalan pagi hari juga kami jalani. Istri saya pun sering latihan nungging seperti sujud untuk mengubah posisi bayi. Semua usaha itu berhasil membuat janin berada dalam posisi kepala di bawah.

Tanggal 4 Januari 2012, kami masih melakukan check up ke dokter Roza di RS Sari Asih Ciledug. Pada saat check up istri saya menceritakan keluhan sakit perutnya kepada dokter. Dokter pun menyarankan untuk dilakukan CTG. Katanya untuk mengecek detak jantung janin dan juga mengecek kontraksi. Karena hasil CTG menyatakan detak jantung janin normal dan belum ada kontraksi, maka dokter membolehkan istri saya pulang dan kembali lagi minggu depan 11 Januari 2012.

Beberapa hari kemudian, istri saya mengeluh celana dalamnya sering basah tapi bukan karena buang air kecil. Kejadian ini mulai terasa di hari Sabtu, 7 Januari 2012. Sebenarnya kami khawatir, tapi karena kami belum ke RS Sari Asih karena menurut kami hari sabtu dan minggu dokter Roza tidak ada di tempat.

Senin, 9 Januari 2012 : Proses Kelahiran Raisya Adiva Naira

Pada Senin dini hari, intensitas celana dalam basah menjadi lebih banyak, Bukan hanya itu saja, perut istri saya juga menjadi semakin mulas. Waktu itu sekitar pukul 02.00 malam. Pengennya langsung ke rumah sakit, tapi kami urungkan karena gelap :D. Akhirnya kami putuskan ke RS Sari Asih pada pagi hari jam 07.00 untuk melakukan pengecekan. Hal ini kami lakukan karena kami khawatir dengan keadaan janin. Sampai di RS, istri saya langsung masuk ke poli kebidanan di lantai 3. Istri saya diminta cek air seni dan CTG lagi. Ketika itu dokter Roza tidak ada jadwal praktek di pagi hari, jadi yang melakukan pengecekan adalah suster. Suster pun meneliti air yang sering ngerembes di celana dalam istri saya. Hasilnya dinyatakan bahwa itu adalah air ketuban. Sementara dari hasil pemeriksaan CTG dinyatakan bahwa istri belum mengalami kontraksi. Pembukaan pun masih belum ada..

Untuk kasus air ketuban sudah keluar sementara belum ada pembukaan, suster mengatakan ada 2 alternatif, yaitu induksi dan operasi cesar. Suster menjelaskan jika ingin lahir normal, harus diupayakan dengan cara induksi. Induksi dimaksudkan untuk merangsang kontraksi rahim sehingga pembukaan pun ada. Tapi jika cara ini gagal, maka operasi cesar adalah jalan yang harus ditempuh. Sebuah jalan yang paling kami hindari.

Akhirnya kami setuju dilakukan induksi. Saya pun diminta untuk mengurus administrasi rawat inap. Saya mengurus administrasi persalinan normal di kelas 2. Pihak Sari Asih mengatakan biayanya hampir 3.000.000 (saya lupa persisnya berapa) dan saya harus membayar DP sebesar 60%. Setelah dihitung saya harus bayar Rp 1.700.000. Pembayaran pun lunas, dan istri saya dipindahkan ke kamar lain.

Proses induksi dilakukan dengan cara infus. Dimulai sejak pukul 11 siang. Seharusnya proses induksi membuat mulas dan kontraksi. Tetapi tidak demikian dengan istri saya. Dia sama sekali tidak merasakan mulas sampai jam 6 sore. Akhirnya proses induksi dihentikan. Istri saya diajak check up ke Dr Roza yang kebetulan sore itu ada jadwal praktek.Setelah pemeriksaan Dr Roza menyarankan untuk operasi cesar dengan alasan ketuban sudah merembes sementara belum ada pembukaan. Dikhawatirkan terjadi infeksi pada bayi kami. Walaupun berat, kami setuju usul itu demi keselamatan janin. Operasi dijadwalkan malam ini setelah dr Roza praktek. Menurut saya akan dimulai jam 22.00

Kami kembali ke kamar perawatan. Istri saya harus puasa sebelum operasi dilakukan. Jam 22.00 istri saya dipindahkan ke ruang operasi. Malam itu saya ditemani kedua orang tua saya dan kakak ipar. Perasaan dag-dig-dug datang, tapi kami yakin operasi ini akan berhasil karena tim dokter sudah biasa melakukan operasi. Malam itu ada 2 orang yang akan dioperasi cesar. Istri saya urutan terakhir. Ketika orang pertama sudah masuk ruang operasi, saya masih menunggu istri di ruang tunggu operasi. Berusaha untuk membuatnya rileks dan tidak takut.

Sekitar jam 23.00, giliran istri saya yang dioperasi. Saya menunggu di luar dengan H2C (harap-harap cemas). Sekitar 25 menit kemudian terdengar suara tangisan bayi. Alhamdulillah..bayi kami telah lahir..Saya masih belum boleh masuk ke dalam..Beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan operasi memberitahukan bahwa anak saya telah lahir dengan selamat.. Seorang putri dengan berat 2.6kg dan panjang 48cm..Keesokan harinya saya baru tahu kalo dia adalah dokter anak, panggilannya dokter Ami.

Beberapa menit berikutnya seorang suster keluar dari ruang operasi dan membawa bayi kami. Seorang bayi berwajah manis dan lucu sudah dibedong dengan bedong warna pink. Sudah bisa melek dan beberapa kali mengeluarkan lidah dari mulutnya. Sepertinya dia baru saja minum ASI. Langsung saya azan dan iqomah di te linga bayi tersebut, Dia melihat ke arah saya dan menjulurkan lidah kecilnya berulang-ulang.. Betapa senangnya hati saya karena bayi kami lahir dengan selamat. Suster memberikan ari-ari bayi kepada saya. Atas saran orang tua, saya diminta tetap di RS untuk menunggui istri. Sementara ortu pulang mengurus ari-ari.

Akhirnya saya bisa menemui istri saya. Dia terlihat masih lelah. Saya kecup keningnya sebagai ucapan sayang. Beberapa hari kemudian, kami beri anakku nama Raisya Adiva Naira.

Mulai sekarang peran saya sekarang bertambah 1 lagi, jadi seorang ayah


One thought on “Raisya Adiva Naira

  1. Obat Alami Gagal Ginjal

    selamat ya mas buat kelahiran bayinya .
    pasti seneng banget tuh .
    bayinya juga lucu , cantik lagi mas .
    sukses trus ya mas

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *