idul fitri dan tradisi mudik (seri kedua)

By | 2 November 2009
http://punyarumahbagus.com/amanah-residence/Sudah banyak perubahan yang terjadi di kampung saya sejak 10 tahun yang lalu
sudah ada listrik
Mandi tidak perlu di kali
Sudah ada pompa air, jadi tidak perlu nimba di sumur atau ambil air di kali
Tempat tinggal nenek saya sudah rata dengan tanah karena tidak ada yang mengurusnya
Jalan desa sebagian sudah diaspal
Sudah banyak yang punya motor, jadi tidak perlu cape jalan kaki ke depan (jalan raya)
Lain kali saya akan datang lagi ke kampung halaman saya itu. Saya akan selalu rindu dengan tanah kelahiran saya.

ini adalah posting seri kedua tentang pengalaman mudik saya. Kalo mau baca seri sebelumnya, baca tradisi mudik seri pertama

Minggu, 20 September 2009 Jam 15:00

sore harinya pada saat idul fitri, saya berniat pergi ke pasar swalayan bersama beberapa saudara. Waktu itu saya dan adik saya memang sudah berjanji akan membelikan Bayu dan Lia baju. Berangkatlah saya, adik saya, mbah kecil, mas Soni, Lia, Bayu dan Lik Sar. Awalnya kami berniat pergi ke Pasar Purbalingga. Karena tidak tahu situasi di sana, ternyata Pasar Purbalingga tutup total. Tidak seperti di Jakarta di mana saat Idul Fitri tetap ada beberapa toko di pasar yang tetap buka. Bingung akan kemana akhirnya kami pergi ke sebuah swalayan yang ada di Alun-alun Purbalingga.

alun-alun kota purbalingga

alun-alun kota purbalingga

patung jendral sudirman

patung jendral sudirman

Bajupun sudah didapat dan kami lanjutkan pergi ke Alun-alun karena letaknya sangat dekat. Sepertinya ini juga kali pertama saya pergi ke Alun-alun. Di sana sangat ramai. Saudara saya menyebut bahwa alun-alun kota mirip dengan monumen nasional di jakarta. Di sekelilingnya banyak pedagang makanan. Kebetulan sekali karena saya dan adik saya memang berniat makan soto Sokaraja. Soto ini menggunakan ketupat dan sambal kacang. Setiap kali ke kampung halaman, saya selalu makan soto ini. Rasanya sangat lezat.

soto sokaraja

soto sokaraja

Hari selanjutnya saya tidak jalan jauh-jauh. Hanya di sekitar rumah pakde saja. Sudah ada rencana pemotongan kambing untuk syukuran. Kambing pun dipotong, dimasak dan diberikan kepada tetangga. Kegiatan lain pada hari itu adalah membeli tiket kembali ke Jakarta. Saya dan pakde membeli tiket ke pangkalan bis Sinar Jaya di Bancar. Bancar merupakan tempat yang paling dekat untuk membeli tiket. Tempat lainnya ada di terminal bus purwokerto dan purbalingga. Tiket pulang harganya Rp 70.000 . Saya membeli tiket untuk 4 orang. Jadwal kepulangan adalah Rabu, 23 september jam 16:00

Selasa, 22 September 2009

hari ini saya harus pulang karena adik saya yang bekerja di sebuah BUMN harus kembali masuk kantor pada hari kamis.

Sudah banyak perubahan yang terjadi di kampung saya sejak 10 tahun yang lalu

  1. sudah ada listrik
  2. Mandi tidak perlu di kali
  3. Sudah ada pompa air, jadi tidak perlu nimba di sumur atau ambil air di kali
  4. Tempat tinggal nenek saya sudah rata dengan tanah karena tidak ada yang mengurusnya
  5. Jalan desa sebagian sudah diaspal
  6. Sudah banyak yang punya motor, jadi tidak perlu cape jalan kaki ke depan (jalan raya). jalan kaki dari depan jalan raya sampai ke rumah membutuhkan waktu sekitar 15 menit. lumayan buat olahraga

Lain kali saya akan datang lagi ke kampung halaman saya itu. Saya akan selalu rindu dengan tanah kelahiran saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *